Selasa, 24 Juni 2008
Muslimkah aku?
Masjid Galang Sewu, milik pesantren di belakang kampus yang sederhana kondisinya telah penuh sesak, sehingga dengan memaksakan diri memilih soft dibawah pohon sebagai tempat sholat. Meskipun telah memilih di bawah pohon ternyata tetap tersengat panasnya matahari. Apalah artinya sengatan matahari dibandingkan dengan nikmatnya melaksanakan ibadah karena Alloh.
Sambil terkantuk-kantuk karena sudah beberapa malam tidurnya kacau, suara khotib yang menyampaikan khutbahnya seakan alunan musik yang mendayu untuk lebih menghanyutkan rasa kantuk itu…Yha, Alloh aku malu kepadaMu..setelah rejeki dariMu kuterima, mempertahankan kantuk didepanMu saja aku tak mampu.
Ketika Qomat dikumandangkan, semua orang mempersiapkan diri untuk melaksanakan sholat Jum’at, kurapikan ‘shaft’ku kusiapkan diri untuk menghadap sang Khaliq. Tatapan ku terusik dengan kehadiran seorang anak kecil yang punya keterbelakangan mental..istilah kedokterannya ‘idiot’. Dia berlari dengan mimik gembira sambil mengenakan sarungnya, semangat sekali anak itu untuk melaksanakan ibadahnya.
Ketika shaft sudah teratur dan barisan orang-orang sudah dalam suasana ketenangan bersiap melaksanakan takbir, anak itu dengan riang dan penuh harap dapat mengambil tempat diantara orang-orang itu. Pada kesempatan pertama anak itu tidak diberikan tempat, karena orang-orang itu merapatkan satu sama lain, kesempatan menyelinap kedua, juga tidak diberikan, dengan tetap bersemangat, anak itu mengangguk sebagai tanda permintaan maaf karena telah mengganggu barisan orang-orang itu, anak itu berlari kecil dengan rasa kawatir mungkin terlambat, mencoba kesempatan ketiga….kesempatan itu tidak diberikan lagi oleh barisan shaft yang lain, sambil dimaki oleh orang berkumis disana……….anak kecil itu terdiam, termangu dengan mimik memelas……dia menepi dengan gontai, menggelar sajadahnya yang usang , dekat comberan buangan air kamarmandi dan terkena langsung sengatan matahari siang yang terik………anak kecil itu menata diri dan mengangkat tangan kecilnya……’Allohhuakbar “.
Terpaku ditempatku………sambil terus kutatap adik kecil itu…….’Yha, Alloh,…apakah sudah pantas aku ini mengaku seorang muslim, apakah sudah pantas orang-orang itu mengaku muslim ?’ Ijinkan aku berdo’a kepadaMu Yha Alloh, untuk kebahagiaan anak kecil itu, berikan aku kemampuan untuk dapat membahagiakan anak-anak yang membutuhkan…Amin.
Senin, 23 Juni 2008
sate kapuran
Warung itu cukup ramai, kita mendapatkan tempat diujung dan langsung disambut si pemilik warung itu yang rupanya juga temennya temen tadi. Sambil menikmati hidangan sate kami terlibat dalam suatu obrolan ‘ngalor-ngidul’ yang salah satunya keinginan atau mimpi si pemilik warung untuk mengapgrade performance warungnya, setelah itu semuanya berlangsung datar2 saja.
Obrolan warung sate itu ternyata membekas dibenak, karena keinginan si pemilik terhadap performance warungnya yang asal ditingkat menjadi bangunan 2 lantai, bentuk biasa asal dapat berfungsi ,bawah warung atas rumah tinggal…..statement itu ternyata mengganggu sifat iseng untuk mencoba mewujudkan mimpinya dengan suatu konsep yang lebih maton…,sebab sama2sudah mengeluarkan biaya banyak kalau hasilnya asal jadi tak ada nilai tambahnya. Dengan tidak mengurangi rasa hormat sketsa dibawah ini adalah gagasan yang diusulkan.
Konsep yang diusung adalah menciptakan warung sate yang masih mempunyai karakter lingkungan pecinan…bentuk atap rumah-rumah pecinan dicoba dihadirkan dengan sentuhan modern. Seandainya cocok dengan yang diimpikan si pemilik silakan dikembangkan kelanjutannya, jika belom pas…anggaplah sebagai upaya membatu memvisualkan gagasan seseorang……
Senin, 09 Juni 2008
RUMAH SAKIT
rumah sakit Wonosobo
Bermula dari seorang investor di Semarang yang mencari seorang arsitek muda ( menurut investor itu) yang ngeyel, punya dedikasi idealis dan tak bisa disetir ( pada saat itu diminta untuk mengurangi kualitas dan kuantitas bangunan yang sedang ditangani bersama dan si arsitek mundur ), untuk memberikan ide gagasan pengembangan suatu rumah sakit di wonosobo, dengan satu permintaan mengacu pada 'gleneagle hospital di Singapore'......edan!!. Sebuah kota kecil di Jawa Tengah pengin membangun spt itu...tapi juga angkat topi atas keberanian pemerintah kabupaten untuk mimpinya.
Inilah konsep mimpi yang digagas Tingkat kesulitannya cukup tinggi, bangunan rumah sakit lama (typeC) harus tetap operasional, bangunan baru ( typeB) dibangun secara bertahap, bangunan 4 lantai diatas lahan hanya 7000m2 dan harus terakreditasi depkes RI
Saat ini mimpi tadi sudah 100% terwujud dan dioperasionalkan. Terlepas dari berhasil atau tidaknya( biarkan masyarakat yang menilai ), mimpi ini merupakan mimpi awal untuk kemudian diteruskan dengan mimpi-mimpi tentang kerumahsakitan yang lain dan sekarangpun masih terus bermimpi.
sasonosuko - sebuah revitalisasi
gedung SASONOSUKO
Itulah sebabnya ketika salah satu pemilik bangunan di perempatan gendingan ( duwet ) akan merenovasi bangunannya dan kemudian meminta adpis kepada pemerintah kota, mendorong yang punya blog ini untuk menyumbangkan ide.
Karena bangunan lama yang 2 lantai akan di jadikan 3 lantai dengan tidak menjadikan bangunan ini kehilangan identitas dan kesan kuno, maka di idekan untuk menggunakan konsep " modern use of historical disign". Gampangnya yha menggunakan patern yang ada dengan menggunakan material dan teknologi saat ini.
Alhamdulillah gedung ini sekarang dah eksis sebagai toko untuk seuatu merk peralatan rumah yang cukup keren. Terima kasih dan angkat topi untuk pemilik bangunan kuno yang peduli akan bangunannya.
terminal Mangkang & rest area
Adanya suatu kesempatan yang lewat untuk ikut memimpikan
Suatu kebahagiaan tersendiri ketika ide yang kita gagas tersebut akhirnya diwujudkan dan menempati satu tempat di
Terminal Mangkang.
Ide gagasan bermula dengan keinginan pemerintah
Dalam sketsa sdh memikirkan tentang Terminal Bis Terpadu, yaitu dipadukan dengan Mall/pusat perbelanjaan, Stasiun Kereta Api Mangkang dan Pusat perpindahan moda angkutan
Rest Area dan Kebun Binatang
Pada waktu menggagas terminal Mangkang, ternyata pemerintah
Ide awal yang muncul adalah menghadirkan ‘ rest area ‘ bagi para pengguna jalan raya yang nyaman dilengkapi fasilitas rumah makan, pemancingan, tempat bermain dan penginapan. Ketika ide ditawarkan cukup responsive tanggapannya tetapi lahan yang ada masih memungkinkan untuk dikembangkan, sehingga ide berikutnya adalah memindahkan kebon binatang Tinjomoyo yang kondisinya hidup segan mati tak mau. Rencana ini sudah mulai tampak terealisasi.